Tag Archive | My Dreams

My Dreams

Oleh : Adella Safira, Dyan Vita Sari, Eka Martina Sari, Erika Estiyani, Nafira Matin -XAP2 smkn1samarinda

Pulang sekolah pada siang hari yang sangat panas dan udara penuh polusi, aku tidak langsung menuju rumah, aku berjalan di trotoar sendiri sambil memikirkan apa yang akan terjadi jika mamaku melihat nilai ulanganku yang jelek.
“Pasti aku dimarahi mama”, kataku sambil memegang kertas ulangan Matematika.  Aku memang agak lemah dalam mata pelajaran matematika, aku benci mata pelajaran ini sehingga aku juga benci pada gurunya, pak Falah.

Aku adalah Caroline, aku kelas 12 sekitar Mei nanti aku mau ujian akhir, mamaku adalah seorang dokter umum yang selalu menuntut diriku untuk mendapatkan nilai bagMydreamsus dan belajar nonstop. Ya mungkin itu untuk kebaikanku tapi aku juga butuh istirahat dan ingin bebas meskipun hanya sehari tanpa belajar.

Di sekolah aku mengambil jurusan IPA, itu pilihan mama. Dia ingin aku kelak menjadi dokter sama seperti dia. Mama menginginkan aku masuk kedokteran Universitas Mulawarman di Samarinda. Ini salah satu perguruan negeri favorit di Indonesia. Tidak mudah untuk masuk ke sana. Padahal aku bercita-cita menjadi model yang terkenal, aku ingin jadi peragawati yang selalu menggunakan baju baru sambil berlenggak-lenggok di catwalk. Saking tergila-gilanya dengan modelling, sebelum tidur aku selalu membayangkan diriku sedang berjalan di catwalk memakai baju yang dibuat oleh designer ternama. Jika mamaku tahu apa yang kucita-citakan dan kuimpikan ini pasti dia tidak mengizinkan.
“Bruk”, aku terjatuh, ingin sekali aku memarahi orang yang sudah menabrakku tadi . Tapi, aku malah menganga dan berkata “Christoper”, yap itu adalah designer ternama yang kukagumi dari dulu. Dia termasuk 5 nama besar designer dari kotaku Samarinda.

“Maaf, aku ga sengaja “, katanya. Aku sungguh tidak percaya seorang Christoper ada di depaku, di depan mataku. Pandanganku membuyar, pusing dan aku jatuh, pingsan.

Perlahan kubuka mataku dengan pandangan yang sedikit kabur , kulihat di sekelilingku yang sangat asing ada banyak kain, mesin jahit, obras, benang warna-warni dan beberapa manekin yang dipakaikan gaun yang indah.

“Dimana aku?”, kataku dengan kepala yang masih pusing.
“Kamu udah mendingan?”, kata seseorang yang terlihat feminin tetapi suaranya besar seperti suara laki-laki.
“Siapa kamu?”, kataku sambil melihat orang itu dengan teliti
“Aku Isabell selamat datang di agency kami ”, katanya sambil bergaya norak.
“Emmmmm, kamu punya tubuh bagus seperti layaknya model”, Christopher mendekat dan memandangku dengan penuh tanda tanya.
“ Dia cantik, menarik kayaknya cocok deh kalo dijadikan model kita”, kata wanita yang satu lagi dia bernama Jasmine
“Mmm boleh , kebetulan kita lagi cari model untuk fashion show kami, kamu mau?”, katanya.

Aku bingung, tidak menyangka aku mimpi sesuai dengan cita-citaku. Kucubit tanganku sendiri.

“Aduuuh”, aku menjerit, ini bukan mimpi.

“Napa, nggak percaya?”, tanya Jasmin.

“Sini kucubit yang keras?”

“Eh eh jangan, percaya kok. Kasih aku waktu untuk memikirkannya.” Kataku gugup.
“Oke silahkan datang lagi dan kasih kami jawaban”, kata Chris sambil memelukku tanpa risi.

Aku bergegas berlari dan meninggalkan tempat itu. Sampai di rumah aku langsung berbaring berharap bahwa hari ini aku bisa istirahat dengan tenang. Tapi tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dan wanita paruh baya berdiri depan pintu dengan ekspresi yang hampir tiap hari aku melihatnya, mamaku.
“Kenapa hari ini pulangnya telat”, dengan nada yang tinggi.
“Maafin Oline tadi ada pelajaran tambahan ma”,  kataku berbohong, mudah-mudahan tidak menanyakan hasil ualngan matematikaku yang jeblok ini.
“Ya udah, sana makan dulu. Setelah ini kamu harus belajar”, kata mama sambil menutup pintu kamarku.
“Haaahh… belajar lagi belajar lagi”, kataku sambil mengeluh.

*****

Hari masih pagi ketika aku berangkat sekolah, sengaja aku tidak mau diantarkan sopir keluarga kami, aku mau naik angkot. Tiba-tiba di ujung jalan raya ketika sedang menunggu angkot lewat, ada yang menarikku masuk kedalam mobil. Seseorang yang menarikku itu membuka topinya, ternyata dia Chris desainer terkenal itu.
“Hai, ada apa? ,  kataku setengah protes, padahal sejujurnya aku senang sekali.
“ Gimana tawaranku kemarin?. Aku butuh jawaban sekarang!”, katanya.
“ Tapi jawaban apa?”,  kataku pura-pura bingung.
“ Tawaranku untuk menjadi model fashion show kami”, katanya sedikit kesal.
“Tapi aku harus kesekolah sekarang”, kataku sambil membuka pintu mobil. Dia menarikku dan berkata, “ aku akan mengantarmu kesekolah “. Mobil yang kutumpangi berjalan dengan kencang, di dalam mobil Chris banyak membicarakan tentang dunia model. Aku yang tergila-gila dengan dunia modelling sampai tidak terasa kalau mobil  telah tiba  di sekolah, terpaksa aku turun.
“Terimakasih”, kataku.
“ Ya , masuklah sekarang nanti kamu terlambat”, katanya.
“Baiklah”, kataku sambil berjalan masuk ke gerbang sekolah.

“Jangan lupa, diterima tawarannya ya sayang. Kesempatan tidak datang ke dua kali, lho”.

Di dalam kelas aku melamun dan memikirkan jawaban apa yang harus ku berikan ke Chris. Hari ini belajar betul-betul tidak konsen. Aku hanya memikir tawaran model itu saja. Aku bimbang antara pilihanku dengan keinginan mama. Dahiku kadang berkerut tapi mulutku kadang tersenyum, sambil mataku menatap ke langit-langit. Betul-betul ini hari yang berat, aku sampai dibentak pak Falah guru matematika.

“Caroline, kalau tidak niat belajar sebaiknya pulang saja”, bentak pak Falah.

“Maaf, Pak”, jawabku gugup, rasanya aku tidak punya alasan untuk membela diri.

“Ya sudah, perhatikan bapak. Jangan melamun lagi, nanti saja melamun di rumah”, kata pak Falah dengan bijak.

Tak terasa bel pulang berbunyi, aku sudah dapat jawaban yang akan kuberikan ke Chris. Walaupun aku ragu aku terpaksa putuskan, urusan dengan mama aku kesampingkan dulu. Aku meluncur naik angkot menuju ke tempat Chris membuat baju-bajunya. Lima belas menit kemudian aku sampai dan memasuki tempat itu. Kulihat ada Chris, Jasmine dan Isabella sedang mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat baju.
“Akhirnya datang juga, pasti kamu udah tau jawabannya dong”, kata Isabella
“Mmm.. ya , aku mau”, kataku dengan penuh keraguan.

“Syukurlah”, jawab mereka serentak sambil memeluk aku satu persatu

“Selamat, ya.
“Oke, aku akan mengukur tubuhmu”, kata Jasmine.

“Secepat itu kak?

Jasmine mengukur tubuhku sementara Chris mendesain dan Isabell mempersiapkan bahan-bahannya. Lima menit kemudian Jasmine selesai mengukur. Kami terlibat dalam keakraban sehingga saking keasikan ngobrol tak terasa hari semakin larut dan aku harus pulang.

“Aduh hari ini aku lupa ada jadwal les privat bahasa Inggris dengan Mr. Supriyo, celaka pasti aku bakalan kena semprot mama”, gerutuku.

Sampai di rumah suasana sepi, aku mengendap-endap masuk kamar,  tapi di kamar justru ada mama yang menunggu kedatanganku,  tentu saja mama memasang wajah marah.
“Dari mana saja kamu, jam segini baru sampai rumah?, kamu sudah melewatkan les privatmu hari ini. Bagaimana kamu mau jadi dokter kalau kamu malas belajar sekarang, dasar anak tidak berguna ”, kali ini mama betul-betul marah keterlaluan. Tak terima dibilang anak tidak berguna aku pun menjawab dengan penuh marah.
“Memang aku gak berguna, aku gak mau jadi dokter, aku mau jadi model. Aku tidak pulang karena aku mau mewujudkan cita-citaku menjadi model, dan aku tadi sudah mengukur baju untuk fashionku nanti. Aku capek ma tiap hari belajar, aku mau mencoba hal-hal baru. Mama gak tau aku capek apa gak. Mama cuma bisa nyuruh aku belajar, belajar dan belajar, mama gak tau…”. Belum sempat menyelesaikan pembicaraanku mama langsung menamparku.

“Kamu, berani sama mama …”, hardiknya.

“Mama?!”, aku tidak menyangka mama menamparku

Aku marah sekali, tak berpikir lama aku langsung lari pergi dari rumah dengan masih memakai seragam sekolah, tidak kupedulikan teriakan mama.

“Caroline, mau ke mana kamu”, teriak mama.

“Caroline, minggat ma. Tidak usah dicari”, teriakku tidak kalah sengit sambil berlari.

Tempat yang kudatangi adalah tempat waktu pulang sekolah tadi yaitu kediaman Chris. Disana ada Jasmine saja yang sedang membuat gaun sendirian. Lalu aku masuk dan langsung memeluk Jasmine.
“Kamu kenapa? “, kata Jasmine
Kuceritakan semua yang aku alami tadi di rumah sambil menangis tersedu-sedu. Lalu jasmine menenangkanku
“Sudahlah, kamu istirahat aja dulu.  Hari minggu nanti ada lomba fashion show kamu  mau ikutkan, sayang ?”
“Pasti Chris tidak mau melihat modelnya sedih seperti ini”, kata jasmine menghibur.
Aku hanya mengangguk dan aku dituntun menuju salah satu kamar di butik itu, untuk sementara aku tinggal di rumah Chris. Untuk sementara, entahlah mungkin tidak. Aku memang berniat minggat dari rumah, aku benci sama mama yang suka memaksakan kehendak, aku benci. Bahkan aku yakin mama tidak mencariku, karena disamping lagi marah mama juga sibuk dengan praktik dokternya.

*****

Hari yang kutunggu tiba. Aku berjalan dengan yakin di atas catwalk dengan memakai gaun yang indah hasil design Chris. Berjalan seperti layaknya putri yang disambut dengan tepuk tangan yang meriah dari penonton, aku berusaha untuk tidak gugup dan penuh percaya diri. Namun ketika berjalan ke depan, tak kusangka aku lihat di area penonton mama sedang melihatku dengan takjub. Ada kebanggan dan kebahagiaan yang terpancar dari wajah mama, itu semakin membuatku percaya diri dan tak henti-henti untuk senyum dan bergaya seperti layaknya model profesional. Aku betul-betul tidak menyangka dan merasa surprise sekali. Ternyata dugaanku terhadap mama salah, maafkan Olin ma.

Berkat tangan dingin Chris, grup kami meraih juara 1, sungguh surprise lagi bagiku karena baru bergabung jadi model tiga hari saja mampu meraih juara. Setelah acara selesai, aku pun keluar dari ruangan ganti,  tiba-tiba ada mama dan memelukku.
Congratulation dear, sekarang mama membebaskan untuk memilih apa yang ingin kamu capai”, kata mama dengan penuh haru.

“Maafkan Olin, ma Oline ….”

“Ssst, mama juga minta maaf sayang, mama yang memaksakan kehendak “, jawab mama sambil menitikkan air mata.
“Makasih ma, aku akan terus berusaha untuk mencapai semua impianku”, kataku sambil memeluk mama dan mencium pipi mama.

Rupanya diam-diam tanpa sepengetahuanku Chris, Jasmine, dan Isabell membicarakan masalahku ini ke mama. Mereka kelihatannya berhasil meyakinkan mama pada pilihanku ini.

*****

3 bulan kemudian…
Aku menatap indahnya suasana kota New York di balik jendela mobil agency yang melaju menuju studio pemotretan. Tiba-tiba handphoneku berdering, kualihkan pandanganku pada layar yang tertuliskan “mama”, dengan penuh semangat aku angkat.
“Hallo ma ?”
“Gimana kabarnya, apakah baik-baik saja?. Hari ini ada kegiatan apa ?”, tanya mama khawatir
“Duuhh mamaaa nanyanya satu-satu dong. Iya ma aku baik-baik saja, hari ini ada pemotretan”, ucapku dengan ketawa ringan
“Semangat ya nak”, ucap mama
“Iya udah dulu ya ma, love u “, kataku
“Iya sayang, hati hati. Tetap jaga kesehatanmu ya nak”, kata mama.
“oke ma”, kataku mengakhiri pembicaraanku dan mama melalui handphone.
Akhirnya sampai juga ke tempat pemotretan, aku langsung mengganti bajuku dengan baju rancangan desainer terkenal. 40 menit kemudian pemotretanku selesai. Ya, sekarang aku menjadi Model Internasional, aku bangga karna sudah mencapai apa yang aku impikan sekarang yang menghasilkan banyak prestasi-prestasi yang membanggakan.

Cuma sementara ini aku tidak sekolah, tapi kelak aku haruskan menyelesaikan sekolah yang tertunda karena bagaimanapun sekolah tetap penting. Pendidikan tetap penting bagi pendewasaan seseorang. Mungkin aku mau mencoba sekolah model “Home Scoolling” atau mencoba jadi model sambil belajar dengan mengatur waktu, aku yakin pasti bisa, tapi kalau memang terlalu sibuk aku mau mencoba ambil paket C.

“IF YOU DREAM TO BE SUCCESSFUL THEN DO NOT EVER STOP TRY AND PRAY “

*SELESAI*