Hantu Mr. Gepeng di Rumah Sakit

Cerpen Karya : Meiliany Abdillah, Kanaya Nur Azizah, Ryanny Try Anggorowati, Siti Syaleha-XAP1 smkn1samarinda

 

mr gepengDi sebuah rumah sakit JULAK, entah kenapa nama rumah sakit itu RS. JULAK, kurang keren namanya tapi ini adalah sebuah rumah sakit ternama di kotaku Samarinda. Rumah Sakit ini memiliki salah satu seorang laki-laki penjaga rumah sakit yang andal, pak Dadang namanya. Dia sudah bekerja di Rumah Sakit ini sejak delapan tahun lalu. Menjadi penjaga (wakar) bukanlah cita-cita hidupnya, dia sebenarnya bercita-cita menjadi Walikota Samarinda, tapi apalah daya walaupun pak Dadang seorang Sarjana, jatuhnya jadi penjaga malam. Ternyata tidak mudah mencari pekerjaan di kota Samarinda. Samarinda sekarang juga seperti kota-kota lain di Indonesia, sesak, keras dan penuh persaingan.

Malam ini adalah tugas shift pak Dadang meronda rumah sakit, dia kebagian menjaga di area 3, itu wilayah paling belakang di rumah sakit dan terdapat kamar mayat. Biasanya pak Dadang bertugas bersama temannya Pala namanya, namun malam ini Pala tidak turun karena sedang ijin pulang ke Jawa menengok orang tuanya yang sedang sakit. Terpaksa pak Dadang ronda sendirian, walaupun ini sudah menjadi tugasnya dan kebiasaannya, kadang-kadang ada rasa takut juga kalau ronda sendirian. Sesekali memang ada yang lewat di lorong itu, biasanya suster, perawat, dokter yang jaga malam atau kadang-kadang keluarga pasien. Selama ini memang pak Dadang tidak pernah menemukan kejadian yang aneh-aneh, semua aman terkendali.

Malam ini tepatnya malam Jum’at Wage, tepat jam 2.00 kenapa terlihat sangat sepi sekali, lampu penerangan di lorong-lorong terlihat remang-remang. Kelihatan orang-orang di Rumah sakit sudah tertidur lelap, suster hanya ada satu di meja jaga tapi kelihatan tertidur lelap di kursinya. Ketika melewati lorong 3, lampu tiba-tiba padam. Pak Dadang menyalakan senter, mencari stop kontak. Klak, klik berkali-kali stop kontak dipencet, lampu tetap tidak mau menyala. Tiba-tiba senter ikut pula padam. Di hentak-hentak pakai tangan tidak mau menyala juga.
“Wah, rusak senter saya ini. Ih bau apa ini?”. Pak Dadang mengendus bau yang menyengat disertai desiran angin dingin.
“seperti ada bangkai tikus ini, ih baunya seperti bau batang ….”
Serrr, ada sekelebatan warna putih lewat disertai angin mendesir.
“Ada suster to”. Fikirnya, itu hanyalah suster yang berkeliaran. Ia coba datangi untuk sekedar menyapa, atau kalau bisa diajak ngobrol agar ada teman melawan kantuk dan bosan. Kelebat putih itu seperti masuk ke kamar mayat. Pak Dadang hampiri segera.
“Sus, selamat melam sus, mau kemana?, pak Dadang mencoba membuka percakapan basa-basi.
“Ada yang bisa bapak bantu Sus?”
Pak Dadang menuju kamar mayat, pintu kamar mayat terbuka. “Ngieeek”, suara derit pintu kamar mayat.
“Lho kok pintunya terbuka sendiri”, gumam pak Dadang
“Wah pasti ada petugas yang lupa mengunci pintu ini”

Pak Dadang memegang daun pintu, matanya longak-longok ke kamar mayat. Dicarinya sosok suster yang tadi berkelebat.
“Lho mana ya suster tadi?”
“Sus, ada yang bisa bapak Bantu Sus?”
“suster dimana?”

Di dipan di pojok kanan, ada mayat. Mayat itu sementara sendirian karena memang tidak ada keluarga yang mengakuinya. Kelihatan mayat laki-laki itu kabarnya mati bunuh diri dengan cara minum air sungai Mahakam sebanyak-banyaknya. Karena kekenyangan minum air perutnya membesar, minum terus dan perutnya semakin membesar. Lama-lama perutnya tidak muat diisi air, maka meletuslah perutnya. Dor, mati dah. Sreet, kain penutup mayat tersingkap sendiri.
“ih nakal, angin malam ini”, gerutu pak Dadang.

Dia datangi mayat tersebut, kain penutup ditutupkan kembali. Lalu pak Dadang segera pergi mencari suster, ditutup kembali pintu kamar mayat.

Tanpa sepengetahuan pak Dadang, seseorang dari kamar mayat itu terbangun, membuka pintu kamar mayat dan lompat-lompat disekitaran lorong 3. Plak … plak… plak, bunyi lompatan itu. Sontak pak dadang menoleh.
“oh, suster to. Saya cari-cari dari tadi, nggak tahunya ketemu di sini”
Ia dekati mayat yang lompat-lompatan tersebut. Ia yakin bahwa itu suster yang sedang jingkrak-jingkrak kesenangan.
“Wah, wah ada kabar baik apa, sampai suster jingkrak-jingkrak kesenangan?, tanya pak Dadang sambil menghampiri mayat hidup tersebut.

Tapi kali ini tiba-tiba bulu kuduk pak Dadang merinding. Ternyata, ketika mayat itu menoleh dengan rupa sedang tersenyum melihat kearah pak Dadang, sontak pak Dadang malah lari terbirit-birit. Bukan main terkejutnya ia melihat sosok putih di depanya. Ternyata bukan suster yang dia harapkan ternyata sesosok wajah pucat pasi, jelek yang maunya tersenyum tapi kelihatan pak Dadang seperti meringis. Ia berlari dengan cepat karena ketakutan. Namun justru kakinya cuma bisa lari di tempat. Sosok menyeramkan itu malah melongoki  wajah pak Dadang, sambil menyeringai. Ini semakin menguatkan pak Dadang untuk coba berlari.

“Ha..han…”, mulutnya berteriak, tapi tidak bisa keluar suaranya. Tapi untunglah akhirnya ia bisa berlari. Lepas dari sosok menyeramkan itu.
“Hantu!”, pak Dadang akhirnya bisa berteriak dan semakin kencanglah ia berlari. Tapi lari kemana, sosok seram yang disebut hantu oleh pak Dadang itu selalu mengikutinya.

Ia bingung harus lari kemana lagi. Kelihatan oleh pak Dadang suster ada di lobi utama. Sementara lobi utama sangat jauh jaraknya. Dia berteriak, namun tidak ada yang mendengarnya. Dia berteriak terus sambil berlari terengah-engah.
“Lontong eh tolong, ada hantu mayat hidup”, teriak sekeras-kerasnya.
Dengan wajah tersenyum menyeringai, sosok yang sekarang disebut hantu mayat hidup oleh pak Dadang itu terus berlompatan mengejar pak Dadang yang sangat ketakutan.

Pak Dadang pun dekat dengan lift, “wah, kayaknya bisa nih sembunyi di lift daripada dikejar sama hantu mayat hidup” fikirnya. Dengan gelisah dia menunggu lift datang, takut jika mayat hidup itu tiba-tiba muncul di dalam lift. Lift pun datang, dengan was-was dia membuka mata dan melihat kedalam lift. Ia menghela nafas karna semua baik-baik saja. Dari kejauhan terdengar teriakan mengerikan, “hihi hihi hihihi hihi”. Suara tawa itu semakin mendekat.  Pak Dadang pun menghentikan langkahnya dengan badan yang gemetaran, mata melotot, wajah yang pucat, dan mulut yang tercengang ia menghadap ke arah suara itu berasal. Ternyata hantu mayat hidup itu kembali dengan senyuman yang menakutkan. Mulutnya mengeluarkan lendir merah kental yang menetes-netes. Matanya merah menyala dengan baluran wajah pucat pasi, perutnya menganga kelihatan ususnya terburai-burai. Kakinya yang melompat-lompat tadi ternyata tidak menempel di tanah. Hantu itu sebenarnya melayang-layang dengan berlompatan.

Disaat itu lift akan tertutup, Pak Dadang pun menyegerakan diri masuk ke dalam lift berharap ia terselamatkan dari hantu mayat hidup tersebut. Namun sayang, ketika pak Dadang masuk ke lift ternyata lift itu menutup lebih cepat dan prek, tubuh Pak Dadang tergencet pintu lift, terjepit dan tentu saja badan dan kepala tergencet jadi gepeng (penyet). Ia terjepit dengan mulut menganga, tercengang mungkin ia tidak mengira kalau hari ini dia mati gara-gara di uber-uber hantu mayat hidup. Darah yang bertumpahan, mata yang melotot dan wajah yang pucat pasi karena sudah mati.

Sekarang pak Dadang menjadi arwah penasaran. Sering terjadi penampakan wujud pak Dadang yang gepeng tubuhnya dan kepalanya. Orang sering menyebutnya Mr. Gepeng ini sering berkeliaran di sekitar lift, di toilet, dan di lobi utama. Biasanya jika orang-orang akan menggunakan lift dimana pak Dadang mati tergencet, harus menyebutkan (misalnya mau ke lantai 5): “Mr. Gepeng, permisi numpang naik ke lantai 5″. Begitulah kisah tragis Mr. Gepeng yang hingga saat ini masih diceritakan sana-sini oleh para suster, dokter, pasien dan pengunjung rumah sakit JULAK.

Tinggalkan komentar