G Untuk Gerombolan

Cerpen oleh : Faisal Fath Junaidi

Di seG untuk Gerombolanbuah malam gelap, di kala semua mata terpejam, kesunyian yang menyergap, kosongnya tiap jalanan hanya ditemani oleh beberapa lampu redup yang usang dan jalan becek serta hanya suara langkah kakiku sendiri. Sudah tiga kali berturut-turut aku pulang selarut ini, lebih tepatnya selalu di atas pukul satu dini hari ya ini karena aku mahasiswi yang sedang menjadi panitia dalam festival tahunan kampus dan ini baru selesai dalam rapat untuk persiapan rangkaian acara-acara yang bakal kami lakukan nantinya.

Tak hanya itu, sebulan yang lalu aku pernah mendengar kabar angin yang menghinggapi kampus begitupula kabar-kabar yang kudapati dijalanan biasa aku nongkrong ataupun santai-santai bareng teman-temanku, sudah santer di telinga semua penduduk setempat. Padahal bisa dibilang daerah tempatku tinggal dan kampusku sendiri adalah daerah yang terbilang rawan kriminalitas karena banyaknya daerah sepi, gelap dan berandalan yang berada di daerah ini.

Salah satu berita terhangat yang sedang ku-update kali ini ialah ada beberapa kasus seperti sebuah kejahatan terencana yang ternyata berakhir dengan aksi heroik misterius, ya ada ibu-ibu yang pernah melintas dijalanan tepat di kondisi yang sama seperti aku pada dini hari ke-tiga kalinya aku melakukan ini, yaitu munculnya seorang pemuda ramah dengan penampilan rapi yang muncul dihadapan ibu itu sambil menyapa ramah, tentunya hal tersebut akan sangat tidak biasa berhubung terjadi di dini hari mencekam di tempat semengerikan itu
Pemuda itu mengajak ibu-ibu itu untuk melewati jalan sepi itu bersama, tak pernah berada dalam kondisi tersebut tentunya membuat sang ibu tidak tahu harus apa dan akhirnya pasrah mengikuti instruksi pemuda itu, saat beberapa langkah berikutnya mereka berjalan bersama sang pemuda dengan perangai ramahnya tersenyum simpul entah mengapa itu bisa membuat sang ibu tenang seolah sudah dalam hipnotis, tapi ternyata di saat itu pula muncul sekelompok pemuda lainnya dengan perwakan tak jelas, berantakan dan membawa senjata ya tentunya para berandalan yang berbahaya. Saat itu sang pemuda tetap tenang menemani ibu-ibu itu yang sudah memucat karena tengah bersiap nyawanya terancam, lalu di belakang ibu tersebut muncul gerombolan lain, mereka tak hanya laki-laki, namun juga wanita, anak-anak hingga orang-orang tua yang jumlanya empat kali lipat dari jumlah berandalan sehingga sekejap daerah itu seumpama pasar saking banyak orang-orang itu.

Aku takkan pernah percaya hingga saat di tengah lamunanku ini aku di sergap oleh pemuda yang menatapku tajam dan sebagian berwajah mengerikan, aku sudah tak tahu lagi harus apa, bahkan untuk memucat seperti ibu dalam kabar yang tengah hangat itupun aku tak sempat. Mereka berlima, dua diantaranya telah mencengkram tanganku, hingga aku kesakitan tiga lainnya mendekat, oh tidak mereka mulai merabaku hingga aku hanya bisa terpejam, teriakpun takkan ada hasilnya karena jalanan ini kosong tanpa rumah dan tempat apapun.

Namun beberapa saat kemudian entah aku tak lagi mersakan apa-apa, mereka ternyata sudah lari dariku, dan tak kusangka di balik gelap itu muncul sesosok pria yang seperti di cerita, ia muda, ramah, berkulit coklat berpakaian rapi atau bisa dibilang stylish dan berkaca mata tebal.

Tentunya seperti seorang mahasiswa sebaya diriku, dan pasti saat bertemu dengan orang seperti itu sebagai wanita sungguh menarik, memang tak terlalu tampan tapi ia keren dari segala sisi, yang pasti keberadaanya secara singkat takkan membuat perasaan ini dalam keadaan bahaya. Tapi keadaan ini mengejutkanku kenapa pria seperti dia sanggup membuat berandalan itu lari terbirit-birit. Aku tak menyadari sekelilingku hingga aku perhatikan lagi di tengah kepasrahanku akan diperkosa tadinya ternyata seperti di cerita lagi, sudah ada banyak orang disekelilingku, seperti sulap tempat itu menjadi begitu ramai dan menenangkanku dari semua ketakutanku di malam gelap itu. Apalagi senyum simpul dari wajah pemuda ini, matanya menjadi sipit di saat tersenyum, pipinya cukup tembem untuk seorang laki-laki dan itu cukup imut sehingga mampu membuatku terpesona karena tak kusangka para gerombolan ini benar-benar ada, dan wow dia tipeku banget ya walau tentunya tak lucu berbicara cinta dalam keadaan dimana aku baru saja hampir diperkosa sebelumnya. Masih dengan senyum simpul yang memikat itu lalu ia berkata lembut.

“sudah ketiga kalinya nona anda dalam situasi seperti ini, jangan diulangi ya mari aku antar, sudah tak ada yang perlu dikhawatirkan lagi, dan tenanglah kami para gerombolan bukan berandalan”.

Saat itu aku tahu itu ucapan ramah biasa, namun bisa kau bayangkan bila itu diucapkan oleh pria yang itu tipe kamu banget dan setelah aksi heroiknya dalam menyelamatkan kita? Pastinya itu keren banget dan sanggup membuatku hanya tersipu dan benar-benar hilang semua ketakutanku kecuali tersipunya aku didampingi pangeran hingga aku dapat kembali pulang dengan selamat. Aku tak tahu siapa dia, dan mereka semua tapi mereka seolah terorganisir, selain menolongku dan ibu-ibu sebelumnya mereka dikenal turut membantu dalam menolong anak-anak jalanan, pengemis, pemulung hingga membuat preman-preman terusir di wilayah ini. Sepertinya mereka sebanyak itu karena ada bagian dari orang-orang yang diselamatkan itu. Bagiku tidak melihat dari rasa sukaku padanya tapi kesungguhan terdalam, mereka adalah orang-orang baik, pahlawan sebenarnya yang tak melakukan kebaikan demi pencitraan ataupun di upah. Mereka luar biasa.

“kamu siapa?”. Ucapku lirih bahkan berucap terima kasih saja aku tak mampu, namun saat itu ia segera menyambut ucapanku kembali dengan senyumannya yang memikat seraya berbalik dan menjawab

“kami adalah G! G untuk gerombolan”.

2 thoughts on “G Untuk Gerombolan

Tinggalkan komentar